Jasa Skripsi - Jasa Tesis - Jasa Pembuatan Skripsi - Bimbingan Skripsi - Konsultasi Skripsi - Penulis Skripsi - Jasa Penyusunan Skripsi - Jasa Tesis - Jasa Proposal Skripsi - Jasa Review Skripsi - Jasa Edi ( (6)

Antara Cinta dan Kutipan: Ketika Bab 2 Lebih Rumit dari Hubunganmu

Cinta dan Kutipan, Bab Paling Galau di Dunia Perskripsian

Bab 2, atau yang akrab disebut “tinjauan pustaka”, adalah bab yang sering bikin mahasiswa tarik napas panjang. Katanya tinggal nyari teori dan kutipan, tapi kenyataannya… kayak nyari kepastian dari seseorang yang bilang “jalanin aja dulu”. Nggak jelas arahnya, banyak maunya, dan bikin overthinking.

Uniknya, banyak mahasiswa merasa Bab 2 ini lebih rumit daripada urusan percintaan mereka. Mungkin karena sama-sama butuh kesabaran, logika, dan kemampuan membaca tanda-tanda.

Cinta dan Kutipan, Sama-Sama Butuh Validasi

Dalam hubungan, kita butuh validasi: “Dia suka aku nggak, sih?”
Dalam Bab 2, kita juga butuh validasi: “Teori ini cocok buat skripsi aku nggak, ya?”

Bedanya, kalau dalam cinta kamu bisa tanya langsung (kalau berani), dalam Bab 2 kamu harus membaca puluhan jurnal, buku, bahkan skripsi orang lain, demi nemu satu-dua paragraf yang bisa dikutip dengan bangga. Dan jangan lupakan tugas berat: mencocokkan kutipan dengan konteks masalah skripsi sendiri. Salah narik teori, bisa-bisa dibantai dosen pembimbing.

Mencari Kutipan Seperti Mencari Tanda-Tanda Dia Serius

Coba ingat momen kamu scrolling chat, nyari makna tersembunyi dari kalimat “hehe”. Kurang lebih kayak gitu rasanya baca jurnal asing halaman demi halaman, berharap nemu satu kalimat yang ‘nyambung banget’ sama topik skripsi.

Dan ketika akhirnya kutipan itu ditemukan, rasanya kayak nemu chat yang bilang “aku juga kangen”—padahal jarang terjadi.

Masalahnya, nggak semua kutipan bisa langsung kamu ambil. Harus dicek dulu siapa yang nulis, tahun berapa, relevan atau nggak. Ini mirip kayak naksir orang: cakep sih, tapi kalau nggak satu visi, ya buat apa?

Baca Juga: “Skripsi dan Kopi Sachet: Kenapa Bab 3 Selalu Lebih Nikmat Setelah Jam 10 Malam?”

Galau Bab 2, Terjebak Antara Logika dan Rasa

Yang bikin Bab 2 makin mirip hubungan asmara adalah dilema antara logika dan rasa. Secara logis, semua teori harus masuk akal dan sistematis. Tapi secara rasa, kadang kita ngerasa “kayaknya ini cocok deh” meski nggak terlalu nyambung. Nah, di sinilah perjuangan mahasiswa dimulai: memaksakan kutipan biar cocok, seperti memaksakan hubungan yang dari awal udah kelihatan nggak sejalan.

Ada juga fase denial: “Kayaknya kutipan ini bisa, deh…” padahal tahu sendiri, maksa banget. Tapi karena udah capek nyari, akhirnya tetap dipakai. Toh, cinta juga kadang bikin kita mempertahankan yang jelas-jelas nggak cocok, kan?

Belajar Mencintai Bab 2 (Walau Sering Disakiti)

Bab 2 memang bukan bab yang paling seru. Tapi dia penting. Tanpa teori yang kuat, skripsi jadi rapuh. Seperti hubungan tanpa pondasi, gampang goyah di tengah jalan.

Jadi, kalau kamu lagi terjebak di Bab 2 dan merasa seperti lagi ngejar orang yang nggak pasti, tenang aja. Kamu nggak sendiri. Banyak yang juga sedang duduk di depan laptop, kepala pusing, mata sepet, ngetik teori sambil tanya dalam hati, “Aku ini ngerjain skripsi atau lagi ngerawat perasaan?”

Tetap semangat. Kutipan yang tepat akan datang di waktu yang tepat. Asal kamu terus nyari, terus baca, dan jangan menyerah. Sama seperti cinta: kalau niatnya baik, pasti ketemu jalannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twenty − 9 =

Scroll to Top